Rabu, 11 Februari 2015

Mengenal Orientasi Rumah dan Bangunan


Mengenal Orientasi Rumah dan Bangunan 



Meskipun topik ini termasuk topik yang agak susah diterjemahkan dalam bahasa awam, saya coba untuk mengulasnya dalam artikel ini. Tentunya untuk rumah tinggal, kita tidak mengenal 'orientasi' yang terlalu rumit seperti arah kiblat dan sebagainya, namun lebih ke arah bangunan rumah sebaiknya memiliki suatu orientasi ke arah tertentu yang menjadikan ruangan, pemandangan dan arah hadap sebagai 'orientasi bangunan'. Orientasi ruang atau bangunan dapat meningkatkan

Sebagai manusia, kita sealu memiliki orientasi atau 'kliblat', yang dikenal juga dalam agama masing-masing. Bagi orang Hindu, sebuah pura atau gunung bisa menjadi suatu pusat orientasi atau Pusering Jagad (Pusat Dunia). Orang Muslim memiliki kiblat ke arah Ka'bah, demikian juga orang Kristen ke gunung Golgotha di Yerusalem. Dalam dunia arsitektur, kita mengenal adanya orientasi bangunan, yaitu semacam 'arah' atau hadap ruang dan arsitekturnya.

Desain oleh Probo Hindarto

Arah Orientasi
 Dalam merancang desain rumah, sebagai arsitek baik disengaja ataupun tidak, disadari ataupun tidak saya selalu merancang dengan membuat rumah memiliki orientasi tertentu. Orientasi dibutuhkan agar ruang dalam rumah memiliki nilai lebih. Nilai lebih ini misalnya adalah pemandangan, kesan rekreatif, dan sebagainya. Tidak mudah untuk merancang dengan memperhatikan arah orientasi. Saya banyak melihat arsitek yang kurang memperhatikan hal ini, dan merancang hanya dalam bentuk 2 dimensi dan menganggap bahwa setelah denah jadi ia tidak harus memperhatikan orientasi yang dapat meningkatkan nilai rumah itu sendiri yang ditingkatkan melalui potensi yang dimiliki orientasi tersebut.

Asal orietasi bangunan
Nah, apa sajakah yang bisa menjadi asal orientasi bangunan? Pada saat awal mendesain, yang pasti diperhatikan adalah lokasi didirikannya bangunan. Dalam skala lahan atau site, kita perlu mempertimbangkan dalam skala besar dulu, misalnya lahan ini berada dimana, dikota mana, dan potensi alam apa yang dapat dipertimbangkan untuk menunjang keindahan bangunan. Apabila ada gunung, danau, hutan, laut atau sejenis keindahan alam, kita bisa mempertimbangkan untuk membuka arah orientasi bangunan melalui jendela, pintu atau menghadapkan ruang atau bangunan ke arah tersebut.


Desain oleh Probo Hindarto

Apabila keindahan yang 'besar' seperti pegunungan, danau atau laut tidak ada, coba cari pada sekitar lahan tersebut, misalnya disekitarnya ada sesuatu yang menarik, misalnya bangunan rumah ada didekat pemandangan landscape kota seperti tugu, patung, atau bangunan landmark lain, mungkin kita perlu mempertimbangkan untuk membuka jendela ke arah tersebut.

Apabila orientasi bangunan ke arah luar tidak ada, cobalah cari pada lahan Anda, apakah terdapat sesuatu yang menarik, misalnya pohon eksisting yang sangat indah, ataukah lahan memiliki kontur? Kontur atau pohon dapat juga menjadi orientasi bangunan yang menarik. Kita dapat mempertahankan kontur tanah dengan perbedaan ketinggiannya sehingga bisa kita olah menjadi aspek rumah yang unik. Rumah menjadi tidak rata, ada naik turunnya, dan ada perbedaan ketinggian disatu ruang atau bagian bangunan ke bagian lainnya.

Photo by Axel Drainville 

Yang tak kalah pentingnya adalah orientasi dari pergerakan matahari. Lahan yang menghadap timur, utara, barat dan selatan masing-masing memiliki jam penerimaan sinar matahari yang berbeda. Lahan menghadap timur biasanya lebih terkena matahari pada pagi hari di bagian depan dan pada sore hari tidak. Lahan yang menghadap barat cenderung panas pada sore hari karena bagian depan yang terbuka lebih banyak menerima sinar matahari. Lahan yang orientasinya ke arah utara selatan lebih gampang, apalagi bila berada diantara rumah lain (diapit rumah lain), sehingga bisa terhindar dari sinar menyengat yang meningkatkan suhu secara langsung.

Kemudian, bagaimana jika pemadangan atau area disekitar lahan tidak menarik bahkan cenderung tidak menyenangkan? Misalnya bila lahan rumah berada disekitar pasar, area yang kurang aman, atau kuburan? Dalam hal ini, kita perlu menyiasatinya dengan menutup sebisa mungkin orientasi yang tidak menyenangkan itu melalui desain rumah. Apabila mungkin blok pemandangan ke arah pemandangan tidak menyenangkan misalnya seperti kuburan itu, dengan dinding yang tinggi. Sangat terkecuali apabila pemilik menyukainya, misalnya menyukai suasana pasar atau bila memang suasana jalan yang ramai merupakan pemandangan yang menarik. Hanya Anda yang bisa menentukan apakah sebuah pemandangan perlu di blok, dan sampaikan hal itu pada arsitek Anda.

Dalam merancang bagian dalam juga begitu, hadapkan atau orientasikan pintu dan jendela, terutama ke arah taman atau pemandangan menarik. Tentang bagaimana menyelesaikan bentuk detailnya Anda bisa meminta arsitek Anda memeras otak ;)

Khusus perkotaan atau lahan terbatas
Khusus untuk ini, kita perlu mempertimbangkan bahwa pemandangan menarik di kota sudah banyak ditutupi oleh bangunan sekitarnya, namun kita bisa menyiasatinya dengan cara membuka orientasi ke arah taman dalam, bangunan tinggi yang menarik (pencakar langit), atau membuat taman diatas atap yang indah. Ingat bahwa meskipun diatas atap, taman atap bisa juga menjadi sebuah tempat untuk melepaskan ketegangan, melihat langit terbenam pada sore hari, menjadi tempat berkumpul melihat kembang api disekitar saat pergantian tahun, dan sebagainya.




Karena biasanya tingkat kriminalitas di perkotaan lumayan tinggi, banyak yang mempertimbangkan untuk membuat pagar tinggi sebagai konsekuensi. Namun bila lahan berada di area yang relatif aman seperti perumahan yang sudah terbentuk atau pedesaan yang relatif aman, Anda bisa mempertimbangkan untuk membuat pagar rendah dimana orientasi bangunan bisa juga menghadap ke jalan depan.

Hal yang umum adalah orientasi ke taman dalam diutamakan. Adanya taman dalam adalah sebuah kemewahan, karena makin jarang rumah di perkotaan memiliki taman dalam. Karena itu, alih-alih menjadi tempat jemuran, taman dalam musti diperhatikan benar agar terjaga keindahannya, tetap bersih, dan tidak menjadi area penyimpanan atau bahkan gudang untuk barang-barang yang tak terpakai. Taman yang tidak tertata dan tidak bersih mencerminkan penghuni yang kurang peduli.

Tips dalam merancang
 Dalam merancang, perhatikan hal-hal seputar orientasi ruang dan bangunan sebagai berikut:
Perhatikan apakah lahan berada ditempat yang indah seperti perbukitan, danau, pemandangan kota yang menakjubkan, atau pantai. Pemandangan juga bisa berarti adanya landmark kota atau obyek buatan yang menarik. Buatlah desain yang mengakomodasi pemandangan ke arah alam yang indah itu.

Perhatikan apakah ada area disekitar lahan rumah atau bangunan yang sebaiknya ditutup, seperti kuburan, sekolah, jalanan berdebu, kemacetan, atau kekhawatiran akan tingkat kriminalitas yang tinggi. Namun sebaiknya perhatikan agar desain rumah tidak menjadi egois atau terkesan anti sosial.

Perhatikan apakah lahan berada ditempat yang aman seperti perumahan yang sudah terbentuk dengan pengamanan lingkungan dan sebagainya, agar memungkinkan kita membuat rumah yang minim pagar.
Perhatikan potensi dalam lahan. Potensi ini menyangkut kontur lahan, atau pohon yang indah. Beberapa jenis pohon dapat dipertahankan agar dari dalam rumah dapat menikmati pohon tersebut. Rumah dapat dirancang melingkari atau mempertahankan keberadaan pohon yang indah itu, agar kelak anak dapat mengenal alam dan menghargai lingkungan sebagaimana orangtuanya.

Perhatikan arah utara selatan bangunan. Bagian timur apabila disukai bisa memasukkan cahaya matahari pagi hingga jam 10 yang masih enak. Bagian barat mungkin perlu ditutup atau diberi shading device atau secondary skin agar tidak panas. Bagian utara selatan dapat dimaksimalkan untuk mendapatkan view pemandangan yang diinginkan.

Apabila rumah berada di area lahan yang luas, misalnya rumah di pedesaan dengan lahan luas dan rumah ditengahnya atau masih banyak lahan sisa, kita juga perlu memperhatikan arah angin darimana biasanya datang. Ini bisa diperhatikan melalui pengamatan sepanjang tahun atau memperhatikan arah pergerakan angin yang umum di daerah tersebut. Ini dapat mempengaruhi suhu, kelembaban dan juga debu yang masuk melalui ventilasi dan bukaan bangunan.

Nah, setelah berpanjang lebar tentang arah orientasi bangunan, sekarang kita lebih mengerti tentangnya dan dapat mengimplementasikan pada desain rumah tinggal yang lebih baik.


Baca lebih lengkap: astudioarchitect.com: Mengenal Orientasi Rumah dan Bangunan http://www.astudioarchitect.com/2015/01/mengenal-orientasi-rumah-dan-bangunan.html#ixzz3RSo2Ecys

6 Konsep Arsitektur GO-Green di Masa Depan

Mengintip 6 Konsep Arsitektur GO-Green di Masa Depan


Green Arsitektur (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan) mengacu pada struktur dan penggunaan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien pada seluruh siklus hidup - bangunan: mulai dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, hingga renovasi pembongkaran.

Usaha ini memperluas dan melengkapi fungsi desain bangunan konvensional yang memperhitungkan masalah ekonomi, daya tahan utilitas, dan kenyamanan.

Meskipun teknologi baru yang terus dikembangkan untuk melengkapi usaha ini dalam menciptakan Green Building, dimana tujuan umumnya adalah nantinya bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan lingkungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alam melalui:
Efisien dalam penggunaan energi, air, dan sumber daya lainnya.
Melindungi kesehatan dan meningkatkan produktivitas orang yang menempatinya.
Reduksi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.
Konsep yang serupa yaitu bangunan alamiah, yang biasanya berada pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk fokus pada penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia. Pembahasan terkait lainnya termasuk desain yang berkelanjutan dan Green arsitektur. Sementara itu istilahKeberlanjutan dapat didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang.

Konsep Arsitektur Go Green Masa Depan

1. Vertical Theme Park of the Future

merupakan konsep taman gedung pencakar langit masa depan, yang berbasis di New York oleh arsitek Ju-Hyun Kim. konsep ini mengadopsi konsep dari Disneyland untuk menciptakan dunia yang berbeda namun berbasis suasana kota sebagaimana mestinya. Dimana dari konsep ini diharapkan menjadi sebuah taman tanpa mobil, bangunan berkelanjutan yang memanfaatkan energi surya dan hijau, mendaur ulang limbah, dan menampung air hujan.



2. Weave Housing

merupakan konsep tempat tinggal prefabrikasi modular pada bangunan bertingkat yang terbuat dari beton ringan. Meskipun semua ruang apartemen tampak sempit dan panjang, beberapa terdiri dari beberapa unit memungkinkan untuk pengembangan lantai yang lebih menarik dan ruang tambahan.



3. Twisting Acupuncture Tower for Taiwan

Bangunan ini berdesain Spiral yang diselimuti membran alga dan sanggup memproduksi biofuel. Aristektur ini dikhususkan bagi Taiwan’s Khaosiung port city dimana nantinya sekaligus dimanfaatkan sebagai sarana desilinasi, penyerapan sinar matahari sebagai sumber energi dan daur ulang limbah.



4.Vertical City for Venezuela Slums

merupakan konsep menara yang mampu mengasilkan sumber energi angin dimana terdapat turbin mikro yang disispkan. menara ini terdiri dari 3 oval yang saling tumpang tindih yang mana masing-masing akan ditempat kelompok pengguna yang berbeda yaitu mulai dari ritel, hotel, apartemen, hingga perkantoran.



5. Spiral Tower: Suburban Living in Berlin

merupakan konsep perumahan pada gedung menara bertingkat dengan prinsip linkungan hidup yang berkelanjutan. pola saling siang-silang antar ruang memungkinkan memberi ruang cukup untuk teras tanam di setiap ruang apartemen. Bangunan ini juga sekaligus mampu mengahasilkan sumber energi terbarukan dengan adanya perangakat panel surya, turbin angin dan beberapa penampung air hujan.

 

6. Reflections Development in Singapore

Konsep yang pembangunannya akan rampung di akhir 2011 ini terdiri dari 6 tower yang dihubungkan oleh jembatan langit yang didalamnya menyediakan kantong-kantong ruang terbuka memberi pemandangan spektakuler di sekitarnya. bangunan ini menampung 1.129 unit hunian dan telah memperoleh Singapore’s Green Mark Gold Award untuk kemampuannya dalam hal penghematan energi yang masiv.



GREEN DESIGN atau ECO DESIGN


Green Design / Eco Design

I. Pengertian Green Design

Green Design / green architecture adalah rancangan desain / bangunan yang mengutamakan kelestarian ekosistem antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Yang dimaksud dengan kelestarian ekosistem adalah kita sebagai pengolah, mengolah atau mengambil sumber daya dari alam dengan tidak secara berlebihan dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan.

Green Design juga mengacu pada Sustainable Development (pengembangan berkelanjutan) yang dimaksudkan dengan pengembangan atau pembangunan yang dilakukan masa sekarang untuk kebutuhan sekarang tidak menyebabkan kekurangan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

II. Ekosistem

Ekosistem merupakan sistem ekologi yang terbentuk dari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup (biotik : manusia, hewan, dan tumbuhan) dengan makhluk tidak hidup (abiotik : tanah, air, sinar matahari, dan udara) yang saling membutuhkan satu dengan yang lain.

Jadi, dasar dari eco design adalah keberlangsungan atau kelestarian dari ekosistem.

III. Desain Interior
Desain interior adalah perancangan desain ruang dalam dengan menyatukan elemen-elemen desain untuk mencapai tujuan estetis, kenyamanan, dan keamanan.

Sebagai desainer interior, tidak hanya memiliki tugas menata ruang menjadi terlihat indah dan nyaman, tapi juga sebagai problem solver atau pemecah masalah yang ada pada ruangan / bangunan dan meyelaraskannya dengan lingkungan sekitar yang ada untuk memenuhi kebutuhan klien.

Dalam desain terdapat 7 prinsip desain yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah desain :

  • Unity dan harmony : sebuah ruangan dianggap memiliki kesatuan ketika elemen yang ada saling melengkapi dan berkesinambungan satu dengan yang lain sehingga menghasilkan komposisi yang seimbang.
  • Keseimbangan : tidak "berat" sebelah, tidak condong ke salah satu sisi ruangan. Terdapat kesimbangan simetris dimana berat visual elemen desain seimbang secara horisontal maupun vertikal. Keseimbangan asimetris dimana berat visual elemen desain tidak merata di poros tengah. Keseimbangan radial : semua elemen desain tersusun dan berpusat di tengah.
  • Focal point : aksen pada ruang yang menjadi daya tarik ruangan atau ciri khas ruangan.
  • Ritme : pengulangan pola tentang visual pada ruang.
  • Detail : penataan aspek desain (cahaya, material, dll.) untuk meningkatkan suasana ruangan.
  • Skala dan proporsi : hal ini mengenai bentuk dan ukuran yang harus seimbang antara benda (perabot, aksesori) satu dengan yang lain. Bentuk dan ukuran yang tidak seimbang akan menimbulkan rasa tidak nyaman akan desain suatu benda. 
  •  Warna : warna pada ruang akan menciptakan nuansa dan mood pada ruangan.

IV. Elemen Interior

Elemen dalam interior terdapat 3 bagian :
  • Dinding : difungsikan sebagai pembatas antar ruang, mempengaruhi efek psikis seperti memberi rasa aman dari lingkungan luar.
  • Lantai : elemen yang berada dalam ruangan yang sebagai penunjang segala komponen yang berada di dalam ruangan. macam-macam flooring : kayu (parkit, papan kayu, rotan), fabrikasi (karpet), batu (marmer, granit), tanah liat (keramik), resin (lapisan karet, vinyl).
  • Langit-langit
V. Penerapan Eco-Green Design

Dalam menerapkan desain bangunan yang eco-green, terdapat prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pembangunan, yaitu :

1. Conserving energy ( hemat energi ) :

Mengoperasikan bangunan secara ideal yaitu dengan menggunakan sumber energi yang langka dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan kembali se-sedikit mungkin. Seperti : meminimkan penggunaan pencahayaan buatan dengan memaksimalkan pencahayaan alami dari sinar matahari dengan banyak bukaan pada bangunan. Dan mengurangi penggunaan penyejuk ruangan dengan memaksimalkan fungsi bukaan pada bangunan, dll.

2. Working with climate (memanfaatkan kondisi iklim dan alam lingkungan) :

Melalui pendekatan green design, bangunan beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim, dan lingkungan sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan.
Misalnya dengan cara :
orientasi bangunan terhadap sinar matahari
menggunakan jendela dan atap yang dapat dibuka-tutup untuk mendapatkan cahaya dan pengudaraan sesuai kebutuhan.

3. Respect for site (menanggapi tapak bangunan) :

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadaan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara :
desain bangunan dengan menggunakan tapak yang lama atau yang sudah ada.
menggunakan material yang tidak merusak lingkungan.
luas bangunan < luas lahan, hal ini dimaksud agar terdapat ruang terbuka hijau pada bangunan.

4. Respect for user (menanggapi pengguna bangunan) :

Pemakai dan green design mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan arsitektur hijau harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting new resources (meminimalkan penggunaan sumber daya baru) :

Suatu bangunan seharusnya dirancang dengan mengoptimalkan material yang sudah ada (lama) dan meminimalkan penggunaan meterial baru.
Selain prinsip-prinsip mengenai eco-green design, terdapat konsep-konsep yang juga perlu dijadikan pertimbangan rancangan pembangunan, diantaranya :

1. Site Planning dan kulit bangunan :

Site planning (orientasi bangunan) berkaitan dengan pemilihan lokasi. Jika lahan menghadao ke barat, desain bangunan dapat direkayasa. Salah satunya dengan menerapkan second skin. Atau, jika ingin tampak depan bangunan minim bukaan karena menghadap ke arah barat, kulit bangunan atau dinding bangunan harus lebih tebal untuk mengurangi panas yang masuk. Atau, jika terdapat bukaan, dapat dibuat shading atau overstep atap, atau screen dengan roster atau tanaman di depannya.

2. Penghematan energi :

Ini juga berkaitan dengan kulit bangunan. Bangunan yang efisien tentu akan menggunakan energi yang lebih kecil. Bangunan dengan banyak bukaan akan lebih hemat energi daripada bangunan dengan penggunaan pendingin ruangan.

3. Konservasi air :

Lahan yang ada tidak seluruhnya digunakan sebagai "full" bangunan, akan lebih baik jika ada area atau daerah resapan air.

4. Kondisi udara dalam ruangan :

Ini berkaitan dengan masalah pencahayaan dan penghawaan. Pertimbangan penggunaan bukaan pada bangunan secara efisien yang difungsikan sebagai tempat masuknya sinar matahari sebagai pencahayaan alami dan udara.

5. Penggunaan material :

Gunakan material yang ramah lingkungan. Contoh, jangan menggunakan cat dengan pelarut yang mengandung VOC (volatile organic compound) karena berbahaya. Lebih baik menggunakan cat dengan pelarut water-based yang ramah lingkungan. Untuk renovasi, gunakan material dari bangunan lama yang kondisinya masih bagus.

6. Manajemen :

Memikirkan perencanaan rancangan bangunan sebaik mungkin agar menghindari terjadinya pembangunan ruangan-ruangan yang tidak terpakai secara efisien.


VI. Kesimpulan

Seluruh kebutuhan manusia telah disediakan dan berasal dari alam. Kita diperkenankan untuk mengambil, memanfaatkan, dan mengolah segala sesuatu yang berada pada alam bumi ini untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun semuanya itu tidak dilakukan secara berlebihan dan tanpa tindak menjaga kelestarian alam.
Penerapan akan eco-design dalam arsitektur dan desain interior difungsikan untuk memecahkan masalah mengenai keterbatasan akan tersedianya bahan pemenuh kebutuhan hidup untuk saat ini dan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang. Dan juga sebagai kepedulian akan kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem.

Dalam penerapannya ke dalam interior/arsitektur, pemahaman eco-living akan mendasari segala penggunaan material/bahan yang dipilih guna menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem (sustainable). Dengan penjelasan akan eco-green design diatas, kita memahami arti pentingnya kelestarian ekosistem bumi kita untuk saat dan masa datang.

Konsep Green architecture

Konsep Green architecture/ arsitektur hijau oleh Budi Pradono


Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Salah satunya konsep 'green' oleh Budi Pradono, seorang arsitek yang sudah dikenal di mancanegara dengan berbagai award internasional yang sudah diraihnya.

'Green Architecture' oleh Budi Pradono



Profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energy, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung-jawab. (Budi Pradono) 

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria.

 ‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.

Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep 'green' dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Pada 'K-house' yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing, konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah lepas dan mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah 'kandang' dengan jeruji-jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.

Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-tetangganya. Rumah ini juga 'menggunakan dinding tetangga' untuk penghematan resource, serta memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruang-ruang untuk saling overlap satu sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden dibuat pada tiap lantai hingga atapnya.

Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi Pradono untuk menghadirkan 'green design' dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak 'green' pada tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada.


Baca lebih lengkap: astudioarchitect.com: Konsep Green architecture/ arsitektur hijau oleh Budi Pradono http://www.astudioarchitect.com/2008/11/konsep-green-architecture-arsitektur_10.html#ixzz3RSeWdU1T

Prinsip-prinsip Green Architecture

Prinsip-prinsip Green Architecture



Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future:

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.

Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.

Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.

Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.


GREEN ARSITEKTUR


GREEN ARSITEKTUR

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertianPembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.

Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

Untuk pemahaman dasar arsitektur hijau yang berkelanjutan, meliputi di antaranya lansekap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita.

pasalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100 meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 60 meter persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi komposisinya adalah 60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.

PENGELOLAAN AIR

Dalam perencanaan sebuah bangunan, seorang arsitek selalu dihadapkan pada masalah pengolahan air. Air hujan adalah salah satu yang perlu manajemen yang baik supaya tidak mengganggu kenyamanan hidup kita. Air hujan jamaknya dialirkan melalui saluran-saluran (vertikal maupun horizontal) yang ada di dalam lahan sebelum diteruskan ke sistem drainase kota. Pengaliran dengan mengandalkan sistem drainae kota ini terbukti sudah tidak efektif dalam mengelola air hujan.

Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 adalah bukti betapa lemahnya sistem drainase kota menghadapi air hujan. Terlepas dari tingginya curah hujan, sistem drainae kebanyakan kota di Indonesia memang sudah tidak memadai karena semrawutnya tata ruang. Selain itu, kebiasaan hidup masyarakat membuang sampah ke sungai dan tinggal di bantaran kali juga menyebabkan kurang berartinya sistem drainase dalam menghadapi limpahan air hujan.

Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan biopori ditemukan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc, seorang Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB). Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang silindris berdiameter 10-30 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.


Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman. Kehadiran terowongan/lubang-lubang biopori kecil tersebut secara langsung akan menambah bidang resapan air. Sebagai contoh, bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dengan kedalaman 100 cm, maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm² atau hampir 1/3 m².

Sementara, suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm² setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3.218 cm². Lubang biopori disebar dalam jarak tertentu sesuai dengan luas lahan yang hendak dicover. Selain itu, biopori juga bisa diterapkan diselokan yang seluruhnya tertutup semen. Dibutuhkan dua sampai tiga kilogram sampah lapuk untuk sebuah lubang biopori.

Agar orang yang menginjaknya tidak terperosok, lubang ditutup dengan kawat jaring. Selain memperbesar bidang resapan melalui aktivitas organisme tanah, lubang resapan biopori juga memiliki dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik didalamnya.

Sampah inilah yang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatan melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos. Melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori akan berfungsi sekaligus sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman. Sampai saat ini belum ditemukan apa yang menjadi kelemahan lubang biopori. Sampah organik yang ada pada lubang biopori dirasa tidak akan mengganggu karena cepat diuraikan.

Sampah akan sulit diuraikan jika lubang resapan terlalu besar dan tidak disebar. Karena itu sampah harus disebarkan, jangan hanya berada disatu tempat. Hasilnya itu juga bisa dijadikan kompos. Memakai lubang resapan biopori adalah tampaknya merupakan langkah yang bijak dalam merencanakan sebuah lingkungan binaan. Arsitek sebagai perencana seyogyanya tidak hanya memikirkan kepentingan bangunan yang dirancangannya, tetapi juga memikirkan bagaimana rancangannya itu dapat mandiri dan tidak menambah beban sistem drainase kota.

Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih ekstensif.

Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman perdu dengan lapisan tanah tipis. Ketika Jepang semakin ketat menjaga lingkungan melalui pemberlakuan berbagai tolok ukur bangunan ramah lingkungan, para perancang mulai berpacu mencari solusi cerdas dalam memanfaatkan bidang datar atap bangunan.

Salah satunya adalah intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan sistem bangunan dengan sistem penghijauan atap sehingga dapat diciptakan taman melayang (sky garden). Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya menghasilkan taman pasif, atap hijau intensif dapat berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.

Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga mampu menghadirkan satu kesatuan ekosistem. Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan dengan semangat mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial yang menerapkan konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park, sebuah mal gaya hidup di pusat kota Osaka.

Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan penghematan energi, pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan, pemanfaatan air hujan, serta penurunan insulasi panas, suara dan getaran, tetapi juga penyediaan wahana titik temu arsitektur dengan jaringan biotop lokal. Perannya sebagai "batu loncatan" menjembatani bangunan dengan habitat alam yang lebih luas seperti taman kota atau area hijau kota lainnya

ARSITEKTUR HIJAU DIRUMAH

Desain rumah yang green architecture bisa diterapkan dirumah kita. Sebagai sebuah kesatuan antara arsitektur bangunan rumah dan taman tentu harus selaras. Untuk mendekatkan diri dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar. Ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan ruang keluarga ditarik ke taman belakang atau ke taman samping, atau kamar mandi semi terbuka di taman samping. Sebaliknya, fungsi ruang keluar menerus ke dalam ruang. Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta saluran air bersih. Keterbukaan ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis. Ketinggian lantai yang cenderung rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela tinggi lebar dari plafon hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan (kaca, glassblock, fiberglass, kerawang, batang pohon), atap hijau (rumput) disertai skylight.

Penempatan jendela, pintu, dan skylight bertujuan memasukkan cahaya dan udara secara tepat, bersilangan, dan optimal pada seluruh ruangan. Keberadaan tanaman hidup di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga kestabilan suhu udara di dalam tetap segar dan sejuk. Pintu dan jendela kaca selebar mungkin dan memakai tembok dan kusen seminim mungkin menjadikan ruang terasa lega. Pintu dan jendela bisa dibuka selebar-lebarnya. Lantai teras dan ruang dalam dibuat dari material sama dan menerus rata (tidak ada beda ketinggian lantai) membuat kesatuan ruang terasa luas dan menyatu dengan ruang luar di depannya.

Optimalisasi void menciptakan sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alami yang sangat membantu dalam penghematan energi. Desain void yang tepat dapat mengurangi ketergantungan penerangan lampu listrik terutama di pagi hingga sore hari dan pemakaian kipas angin atau pengondisi udara yang berlebihan. Void dalam bentuk taman (kering) dapat berfungsi sebagai sumur resapan air. Persenyawaan bangunan dan taman dalam konsep arsitektur hijau memiliki banyak keuntungan bagi rumah itu sendiri, lingkungan sekitar, dan skala kota secara keseluruhan. Rumah sehat memiliki sistem terbuka. Maka, setiap rumah yang dibangun berdasarkan konsep arsitektur hijau dapat mengurangi krisis energi listrik dan BBM serta krisis kualitas lingkungan

ARSITEKTUR, MANUSIA dan LINGKUNGAN

ARSITEKTUR, MANUSIA dan LINGKUNGAN

Arsitektur adalah hasil dari dialog manusia dengan lingkungannya sehingga perkembangan arsitektur selalu dihiasi dan dipengaruhi oleh pola hubungan diantara manusia, lingkungan hidup dan arsitektur itu sendiri. Ketiga komponen ini yaitu Manusia sebagai social system, lingkungan alamsebagai ekosistem dan bentukan-bentukan arsitektur sebagai perpaduan hasil social system dan ekosistem saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perilakunya yang mempengaruhi perilaku kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain.

Saat ini kerusakan bumi akibat lingkungan yang rusak sudah mencapai taraf pengrusakan secara global. Kerusakan ini akibat ulah manusia itu sendiri yang menggunakan energy secara besar-besaran, sehingga menyebabkan pemanasan global.

Pemanasan global adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca. ERK masuk ke bumi dengan menembus radiasi gelombang pendek, sebagian diserap oleh gelombang bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Gas efek rumah kaca antara lain; karbondioksida ( CO2), metana ( CH4 ), nitrous oksida ( N2O).

Arsitektur adalah ilmu membangun untuk melakukan penyusunan elemen-elemen teknologi menjadi sebuah bangunan. Dan lahir dari dinamika antara kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif dan cara bahan bangunan yang tersedia.

Pembangunan fisik yang terkait dengan industri konstruksi bangunan untuk memenuhi beragam kebutuhan manusia yang selalu berkembang telah menghabiskan sumber daya alam dan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Peran arsitek sangatlah penting untuk merancang kota, mengubah wajah kota, mengukir permukaan kota dengan pengadaan Ruang Terbuka Hijau ( RTH ), taman kota, dan pemanfaatan lahan yang efisien untuk pejalan kaki.

Minggu, 01 Februari 2015

Arsitektur Tropis

TREN desain rumah selalu didasari pergerakan pasar karena tren memang sering kali diusung untuk men jawab kebutuhan pasar. Seperti josh ion, tren desain arsitektur selalu berganti-ganti dan tidak tetap, meskipun ssain arsitektur yang sesungguhnya. Banyak orang menyukai tren arsitektur karena dipandang bisa meningkatkan citra bangunan, terutama rumah tinggal.

Beruntung bahwa tren yang sedang berjalan saat ini menuju pada pergerakan positif pada upaya pelestarian, pemanfaatan secara efektif dan pemeliharaan lingkungan. Hal ini didasari keadaan dan kondisi bumi yang makin terpengaruh pemanasan global yang banyak memicu kesadaran arsitek untuk menciptakan desak arsitektur yang ramah lingkungan.

Arsitek dari asrudioarchitect Probo Hindano menjelaskan, kesadaran akan lingkungan dalam rumah yang baik sudah makin dimiliki masyarakat. Konsep arsitektur tropis yang ramah lingkungan dan sesuai untuk orang Indonesia mulai diminati kembali dengan sentuhan lebih modern. Dalam hal ini tetap stylish dengan gaya modern, tapi juga hijau.

Arsitektur yang tren sesaat seperti Spanyol. Mediterania atau minimalis dipandang bukan lagi tren arsitektur rumah yang esensial karena hanya merupakan tren tampilan rumah saja, tapi belum menyentuh konsep ruang yang merupakan esensi arsitektur terpenting.

Desain arsitektur tropis menjadi tren karena didasari kesadaran dalam dunia desain, terutama oleh para arsitek, ilmuwan dan pencinta lingkungan hidup untuk menggunakan desain yang ramah lingkungan, hijau, dan berkelanjutan. Konsep ini lebih didasari oleh kesadaran, karena itu dengan adanya kesadaran untuk arsitektur yang lebih hijau dan berwawasan lingkungan. "Hal ini berarti kesadaran masyarakat dan para praktisi arsitek pada umumnya sudah meningkat daripada sekedar membuat desain bangunan yang tidak berwawasan lingkungan." jelas dia saat dihubungi Seputar Indonesia.

Ciri khas desain arsitektur tropis ini adalah memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan baik. Sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan akibat desain arsitektur. Beberapa contoh aplikasi desain yang hijau. Misalkan saja sinar atau cahaya matahari untuk mengurangi atau menghilangkan pemakaian listrik untuk penerangan buatan. Berbagai trik desain seperti atap yang tinggi, ventilasi yang baik, unsur tanaman dan perkerasan di sekitar rumah menjadi pendukung untuk konsep ini.

Selain itu, penghawaan alami yang didukung oleh desain yang tidak memerlukan AC atau penghawaan buatan, karena sudah terasa dingin dan sejuk, didukung oleh pelestarian tanah dengan menanam banyak pohon untuk penghijauan. "Lahan yang makin sempit dan mahal harus didesain dengan seksama sehingga tetap memiliki taman yang menyegarkan area rumah, menjadi area peresapan air sehingga mengurangi banjir." terangnya.

Pembangunan yang cenderung vertikal, sehingga makin banyak lahan tersisa untuk penghijauan dan peresapan air tanah. Meskipun tidak memiliki taman di atas tanah, bisa juga menggunakan taman di atas atap dan beton, hal ini juga mulai menjadi tren, sehingga tetap ada area untuk bersantai bagi keluarga menikmati alam.

Sementara pada unsur tampilan, desain rumah pada 2010 cenderung akan mengadopsi gaya arsitektur modern dan tropis yang banyak menggunakan unsur material ekspos seperti batuan ekspos dan lapisan kayu. Ini membuat tampilannya menjadi makin segar.

Sayangnya belum banyak pengembang yang membangun rumah dengan desain seperti itu. Ini karena orientasi pengembang saat ini barangkali masih 90% berorientasi pada keuntungan ekonomis dari penjualan rumah-rumah atau apartemen.

Karena itu tren yang ditawarkan perumahan pengembang pada umumnya masih kalah maju selangkah daripada karya arsitek yang sudah memiliki kesadaran itu. Hal ini karena arsitek perumahan berbeda dengan arsitek independen, dimana arsitek yang independen lebih bisa mengimplementasikan berbagai konsep arsitektur tropis dan hijau tanpa terpengaruh oleh faktor keuntungan.

 Apabila ada pengembang yang berani menawarkan konsep arsitektur hijau yang tidak terpengaruh unsur ekonomis bangunan, maka pengembang ini sudah mengikuti tren dunia yang berkembang saat ini. Arsitek dari PT Buanareksa Binaperkasa, Andry Hermawan menjelaskan, tren desain rumah pada 2010 lebih kepada sustainable environment dan ecological issue. Efisiensi biaya dan energi menjadi suatu keniscayaan. Di Indonesia sendiri masih akan menganut minimalis dan tropical design, namun tidak tertutup kemungkinan berkembangnya arsitektur organik.

sumber: http://www.wwf.or.id/?15980/Arsitektur-Tropis-Cenderung-Ramah-Lingkungan