Indonesia
di Mata Mahasiswa Asia
Sebagai bagian Asian Youth Forum perwakilan
Indonesia mempersembahkan Indonesia Country Presentation. Rahmat, mahasiswa
Waseda University, Jepang bersama Ismail Suardi Wekke, warga Indonesia yang
tinggal di kota Sorong, Papua menyajikan tiga bagian dalam presentasi tersebut.
Pertama, makanan, kedua, gambaran umum, dan terakhir, tarian. Pendengar,
peserta dan hadirin disambut dengan makanan khas Indonesia. Walaupun itu berupa
makanan ringan tetapi sepanjang presentasi, makanan diedarkan dan disajikan
kepada semua orang. Ini untuk menggambarkan bahwa tamu dalam tradisi Indonesia
selalu disambut dengan hangat. Tidak saja berupa kehangatan dan dialog. Namun
juga dengan menyediakan terbaik yang dimiliki tuan rumah.
Bertempat
di Far Eastern Federal University, persentasi dihadiri sekitar 35 orang dari
berbagai negara di Asia seperti Afghanistan, Jepang, Korea, China, Australia,
Thailand, Filipina, Taiwan dan juga tuan rumah Rusia. Selanjutnya, diberikan
gambaran tentang Indonesia secara umum. Negara dengan penduduk 230 juta orang
menempati ribuan pulau. Bahkan diantara pulau tersebut masih saja ada yang
tidak berpenghuni. Dari Merauke sampai Sabang, ada ribuan tradisi, budaya dan
juga ratusan bahasa. Bukan dialek tetapi bahasa. Antara satu penutur bahasa
dengan penutur lainnya tidak saling mengerti. Sehingga kita bersyukur ada
bahasa Indonesia yang menyatukan berbagai penutur tersebut.
Ada
kearifan orang-orang Jawa saat itu, dimana bahasa dominan yang digunakan adalah
bahasa Jawa dan Sunda. Tetapi penentuan bahasa nasional dengan mengambil bahasa
Melayu yang kemudian disebut bahasa Indonesia tidak melihat jumlah penutur.
Semata-mata untuk kepentingan komunikasi dimana saat itu bahasa Melayu sebagai
lingua franca. Bahasa perdagangan saat itu didominasi bahasa Melayu. Sehingga
1928, para pemuda kemudian menyebutnya sebagai bahasa Indonesia dan itu
dijadikan sebagai bahasa kebangsaan.
Kita
beruntung memiliki arah sejarah dengan hadirnya Sumpah Pemuda. Tidak seperti
Filipina yang kemudian perlu perjuangan untuk menggunakan bahasa Tagalog.
Dimana bahasa Inggris yang merupakan bahasa komunikasi di pendidikan, bisnis
dan juga keseharian. Sehingga ada usulan untuk menjadikan bahasa Tagalog
sebagai bahasa menjadi bahasa resmi. Malangnya kemauan beberapa pihak ini tidak
serta merta disetujui. Bahkan parlemen kadang-kadang lebih menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar.
Kita
bisa lihat juga Malaysia. Walaupun punya bahasa Melayu namun bahasa Inggris
yang digunakan sebagai rujukan ketika ada perselisihan dalam hal hukum.
Termasuk pembelajaran di sekolah lebih sering menggunakan bahasa Inggris terutama dalam sains dan matematika.
Persoalan lain muncul di India. Kadang ada pertengkaran hanya gara-gara bahasa.
Mata uang yang digunakan juga mencantumkan 14 bahasa. Ini menunjukkan betapa
rumitnya dalam menentukan bahasa persatuan yang digunakan sebagai rujukan.
Untuk
tarian, dipilih salah satu dari ratusan tari yang ada di Indonesia. Dalam
kesempatan tersebut dipertunjukkan tari Likok Pulo. Salah satu tarian Aceh yang
menarik. Dengan gerakan tangan, ditambah dengan suara, maka tarian ini kemudian
menarik minat para peserta. Tarian tersebut menunjukkan gerakan olah tubuh yang
dilakukan dengan kesetaraan, keterampilan. Perlu kemampuan untuk memfungsikan
seluruh anggota badan dalam menari. Perlu energi yang besar untuk menarikan
gerakana-gerakan tarian. Hanya saja tarian ini tidak bisa digambarkan seutuhnya
karena hanya satu penari.
Jika
ditarikan dengan jumlah penari beberapa orang maka akan semakin menarik. Tarian
Likok Pulo berasal dari kecamatan Aceh Besar dimana dikreasikan oleh ulama.
Tarian ini sebagai bentuk pelaksanaan untuk mendekatkan diri. Oleh karenanya,
ketika menari Aceh sebagian besar bahkan seluruhnya ditarikan dengan jenis
kelamin berbeda. Tidak ada percampuran penari laki-laki dan perempuan. Salah
satu pertanyaan peserta adalah “apakah dalam menari boleh diselingi antara
laki-laki dan perempuan?”.
Jawaban
yang bisa diberikan adalah tradisi Aceh berakar dalam Islam. Sehingga ketika
menaripun prinsip-prinsip keislaman senantiasa diberlakukan. Menari dalam
pandangan masyarakat Aceh, tari adalah bagian untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Ini ditunjukkan dengan lagu yang mengiringi tarian adalah shalawat.
Maka, ketika menari tidak boleh melakukan hal-hal yang justru kemudian akan
menjerumuskan kepada larangan agama. Jika alat itu digunakan untuk kepentingan
mendekatkan diri kepada Allah, maka tentunya jangan sampai justru ada hal yang
melanggar prinsip-prinsip dasar keagamaan.
Setalah
presentasi, kemudian ada dialog. Diantara yang hadir adalah mahasiswa Jepang,
dosen dari Kinki University, Osaka, begitu juga mahasiswa dan dosen dari Waseda
University, Jepang. Ada juga yang hadir dari Chiang Mai University, Thailand.
Para peserta umumnya melihat Indonesia sebagai negara besar yang berkembang ke
arah berkontribusi untuk pembangunan dunia. Mahasiswa dan dosen Jepang selalu
berkeinginan suatu saat ketika menghabiskan waktu untuk bulan madu, maka pulau
pilihannya adalah Bali. Untuk kepentingan penelitian beberapa diantara mereka
tertarik menulis tesis dalam kajian budaya Indonesia. Salah satu diantara yang
hadir sementara meneliti tentang Islam dan pelaksanaanya dalam hukum positif di
Indonesia.
Salah
satu peserta juga berasal dari Osaka justru melihat Indonesia sebagai bagian
yang menarik minatnya. Sebelum ini sudah menyelesaikan beberapa buku tentang
Indonesia. Salah satu rekomendasi kajian yang menjadi perhatiannya adalah studi
Indonesia. Dimana dengan luas wilayah, jumlah penduduk, maka tentu banyak aspek
penelitian yang perlu dieksplorasi. Penelitian Indonesia, dalam pandangannya
walaupun sudah banyak dilakukan masih ada beberapa peluang menarik sehingga
akan menghasilkan satu teori tertentu dalam ilmu sosial.
Presentasi
diakhiri dengan menjawab pertanyaan “bagaimana dengan makanan Indonesia?”.
Jawabannya adalah makanan Indonesia senantiasa berpusat pada nasi. Walaupun ini
sebenarnya tidak seluruh wilayah Indonesia yang berdasar pada tradisi nasi. Ada
wilayah yang menggunakan dalam tradisi pangan seperti sagu, jagung, dan ubi.
Namun sebagian besar, justru sejak lama memenuhi kebutuhan makanan dalam nasi.
Dengan konsolidasi demokrasi yang sementara berjalan ternyata pandangan orang
luar tentang Indonesia tidaklah jelek. Justru ini menjadi tantangan kita untuk kemudian
mengusahakan citra internasional yang lebih baik dengan upaya mengusahakan
kesejahteraan bagi rakyat.
http://luar-negeri.kompasiana.com
KOMENTAR
:
Ternyata
indonesia menurut pandangan orang luar khususnya para mahasiswa asia cukup
menggembirakan. Melihat dari antusias mereka terhadap apa yang dipresentasikan
diatas bahwa mereka sangat respect terhadap indonesia. Harusnya kita sebagai
warga Indonesia bangga terhadap apa yang dimiliki indonesia sekarang ini
walaupun masih banyak masalah bertubi-tubi yang datang dari semua bidang sosial
ekonomi bahkan budaya. Kita sebagai pondasi bangsa harusnya ikut membangun
negara ini agar semakin maju kedepannya bukannya malah ikut berdemo yang
ujung-ujungnya ribut.
Dilihat
dari kabar diatas juga ternyata walaupun mereka antusias terhadap Indonesia
akan tetapi BALI lah yang sangat mereka kenal, bukan Indonesia sendiri. Sangat disayangkan
kenapa hanya Bali yang mereka ketahui, padahal masih banyak wisata yang sangat
indah di Indonesia. Maka tugas kita sebagai warga negara haruslah kita membantu
pemerintah dalam memperkenalkan seluruh wisata ciri khas buadaya indonesia ke
mata dunia agar nantinya Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan wisata
budaya.
Kesimpulannya,
bahwa Indonesia baik dimata mahasiswa ASIA. Perkara masih banyak kasus yang
terjadi, korupsi merajalela, perbedaan derajat dimata hukum dll itulah tugas
kita sebagai penerus bangsa untuk membasmi itu semua agar terbukt bahwa
Indonesia adalah negara maju dengan tingkat kesejahteraan tinggi yang berdiri
diatas ribuan pulau dengan beranekaragaman suka bangsa dan bahasa yang saling
menghormati dan saling menjunjung semangat kebangsaan. Karena dengan itulah
Indonesia akan menjadi negara maju dan sangat di hormati dimata dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar